Tisu Toilet dan Dampak Lingkungannya
Diperbarui: 8 Des 2023
Dalam sehari rata-rata kita bolak-balik ke toilet sebanyak 6 sampai 7 kali, kebayang kan kamu berapa banyak tisu toilet yang kamu gunakan dan buang setiap harinya? Dampak apakah yang terjadi untuk lingkungan dari tisu toilet yang digunakan?
Kalian yang suka memperhatikan atau yang berpengalaman dengan berbagai jenis tisu toilet, apalagi di luar negeri, pasti tahu ada tisu yang kasar dan ada yang lembut dan fluffy/empuk. Ternyata dua jenis tersebut ada karena jenis pembuatannya berbeda. Walaupun sama-sama dari kayu, jenis tisu toilet yang empuk terbuat dari bubur kayu asli dan yang kasar terbuat dari kertas yang didaur ulang. Dikutip dari New York Times, konsumen tisu toilet di Amerika Serikat, yang jumlahnya terbesar di dunia, lebih menyukai tisu yang lembut dan nyaman, yang hanya dapat dipenuhi dengan menggunakan serat kayu dari pohon yang baru ditebang, bukan dari kertas yang didaur ulang.
Dampak tisu toilet memang besar untuk lingkungan. Mulai dari pembuatannya, sampai tisu toilet yang berakhir menyumbat selokan. Brondell, produsen peralatan toilet, menyatakan bahwa di seluruh dunia, ada setara 270.000 pohon telah ditebang setiap harinya untuk tisu toilet yang dibuang ke toilet atau tempat pembuangan sampah setiap hari. Sedangkan satu buah gulungan tisu toilet membutuhkan 37 galon air dan 17,3 terawatt listrik/tahun. Selain itu, pemutihan tisu toilet membutuhkan 235.000 ton klorin yang mencemari saluran pembuangan air di lingkungan. Tak hanya itu, penggunaan tisu toilet pada alat genital ini juga disinyalir berpotensi membawa masalah kesehatan, salah satunya keputihan pada wanita.
Penggunaan bidet bisa menjadi alternatif untuk mengurangi sampah tisu toilet, dan untuk mengelap bagian genital yang basah bisa menggunakan tisu toilet kain yang bisa dipakai ulang (tentunya ini menjadi tanggung jawab masing-masing yaa teman Minomic).
Buat tau info, berita, dan cerita seputar #cuanlestari dan hidup yang berkelanjutan kamu bisa cek secara berkala website Cleanomic dan follow instagram kami di @cleanomic yaa.
Sumber :
https://www.nytimes.com/2009/02/26/science/earth/26charmin.html
Comentarios