Sikat Gigi Plastik vs Sikat Gigi Bambu, kamu pilih yang mana?
Diperbarui: 11 Des 2023
[gambar 1. Sumber: instagram antiplasticpeople]
Sudahkah kalian menggosok gigi sebelum menjalankan aktivitas hari ini? Semoga sudah ya! Demi menjaga kesehatan dan kebersihan mulut, tentu saja kita diwajibkan untuk menggosok gigi setidaknya 2 kali sehari. Pada umumnya, masyarakat lebih familiar menggunakan sikat gigi plastik karena mudah dijumpai, harganya terjangkau atau efek penayangan iklan di TV juga.
Penggiat green living pemula pasti masih masih menggunakan sisa sikat gigi plastik di rumah. Tapi banyak juga yang mulai melakukan sedikit perubahan dengan bergantian menggunakan siwak. Dari jaman kita masih TK, kita sudah terlanjur sering menggunakan sikat gigi plastik. Kira-kira sudah berapa banyak sikat gigi yang kita buang ya? Mungkin ratusan. Yah meskipun pada kenyataannya, sikat gigi tidak lantas langsung dibuang begitu saja, tapi masih suka digunakan kembali untuk menyikat sepatu, keperluan dapur, dll. Setelah bulunya mengembang dan tidak bersahabat lagi, baru deh langkah terakhir dibuang dan sudah pasti akan menumpuk di TPA. Itu baru punya satu orang, bagaimana dengan seluruh warga Indonesia?
Faktanya di Indonesia produksi sampah plastik pada tahun 2015 mencapai 5,4 juta ton per tahun. Hasil penelitian yang dimuat di jurnal Science yang terbit 13 Februari 2015, setiap tahun lautan di dunia dipenuhi sampah plastik hingga 12,7 juta ton. Salah satunya adalah sikat gigi plastik. Setiap tahun lebih dari 4,7 miliar sikat gigi plastik dibuang ke TPA dan laut di seluruh dunia. Ah, tidak terbayang deh berapa banyaknya! Pasti banyak banget sikat gigi bekas yang menumpuk di TPA, di sungai dan ujungnya mengarah ke laut.
Kita bisa melakukan sesuatu untuk mengubah kebiasaan ini agar sampah sikat gigi tidak semakin bertambah! Dengan cara ganti sikat gigi plastik dengan sikat gigi bambu. Sikat gigi ini menggunakan material bambu. Kelebihannya adalah jika sikat gigi bambu kalian sudah tak layak pakai, sikat gigi bambu bisa dikompos dan bisa dijadikan bahan pupuk. Atau bisa juga untuk menamakan tanaman di pot kalian. So, nggak berakhir menetap di TPA ataupun laut, deh!
Keren kan! Apa yang kita pakai, kita kembalikan lagi ke bumi. Toh, apa yang kita berikan untuk bumi, manfaatnya kembali ke kita juga. Yuk ubah kebiasaan kita. Sedikit demi sedikit untuk merubah bumi kita tercinta. Kalau bukan kita siapa lagi?
Nah, cerita menarik ini dibagikan oleh Meirna Fatkhawati. Buat kamu yang tertarik untuk belajar tentang hidup yang berkelanjutan, kamu bisa cek secara berkala pada website Cleanomic dan follow instagram kami di @cleanomic yaa! Kamu juga bisa membagikan cerita kamu dan bergabung dalam geng #CuanLestari!
Comments