Daur Ulang Sampah di Indonesia
Diperbarui: 12 Des 2023
Salah satu lembaga bernama Environmental Performance Index (EPI) merilis negara-negara dengan daur ulang terbaik di dunia. Yuk, kita lihat Indonesia masuk peringkat berapa?
Menurut EPI, 5 negara terbaik dalam daur ulang sampah ialah Luxembourg yang menempati peringkat pertama, kemudian Austria, diikuti oleh Swiss, Republik Ceko, dan terakhir Islandia. Peringkat ini dinilai berdasarkan tiga indikator : limbah padat terkendali, tingkat daur ulang dan pengelolaan polusi plastik laut.
Beragam cara pun dilakukan kelima negara itu dalam menyukseskan program daur ulang sampah, salah satunya Austria yang masih bertahan di posisi kedua sejak 2018 lalu, meskipun dinilai melalui lembaga riset yang berbeda. Negara ini telah berhasil mengelola limbahnya sampai 54 persen dengan memberlakukan larangan pada produk tertentu untuk dibuang ke TPA secara total. Menurut peraturan yang berlaku, setiap produk dengan tingkat emisi karbon organik yang jika ditotal mencapai lebih dari lima persen, maka harus dikelola secara khusus dan tidak boleh masuk ke TPA.
Dari kawasan Asia, ada Korea Selatan yang berhasil masuk 5 besar dengan tingkat daur ulang sebanyak 53,7%. Salah satu penyebabnya adalah karena di Korea Selatan banyak perusahaan mengumpulkan limbah, mendaur ulang, bahkan mengubahnya menjadi #CuanLestari dengan cara menjualnya.
Lalu, Dimana Posisi Indonesia?
Dari 10 negara dengan peringkat daur ulang terbaik dunia versi Environmental Performance Index (EPI), sayangnya Indonesia belum berhasil masuk sebagai negara pendaur ulang sampah terbaik. Kendati demikian, dengan jumlah produksi sampah yang tinggi, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang sama besar dengan negara-negara tersebut. Dengan syarat kita sebagai masyarakat juga gencar melakukan praktek daur ulang sampah. Daur ulang bukan hanya mampu mengurangi tumpukan sampah, namun juga dapat memberikan keuntungan ekonomi.
Grafik komposisi sampah berdasarkan jenis sampah menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2022 menunjukkan bahwa 40,6% sampah berasal dari sisa makanan, 17,9% sampah plastik, 13,1% sampah kayu/ranting/daun, 11,3% sampah kertas/karton dan 7,1% sampah lainnya (kaca, kayu dan sebagainya). Secara tidak langsung, hasil ini menunjukkan peluang besar bagi kita untuk mengelola sampah menjadi barang berharga. Bayangkan bila kita lebih sadar dan bertanggungjawab dalam merencanakan pengelolaan pangan dan menghabiskan isi piring kita serta mengelola sampah organik dengan benar sehingga berhasil diubah menjadi pupuk, bisa-bisa kedepannya Indonesia jadi negara penghasil pupuk terbesar dunia.
Lalu apa yang menyebabkan Indonesia tidak maksimal dalam mendaur ulang sampah?
Beberapa penyebabnya karena sistem pengelolaan sampah kita belum sepenuhnya siap untuk menerima sampah yang sudah terpilah dari rumah-rumah. Selain itu, masih banyak juga kita-kita yang tidak mengerti pentingnya pemilahan sampah. Penyebab lainnya, banyak diantara kita juga tidak tahu sampah seperti apa yang dapat didaur ulang di sistem yang ada di sekitar kita.
Untuk berkontribusi dalam upaya daur ulang sampah caranya cukup mudah kok, kita bisa datang ke bank sampah yang sudah tersedia di daerah kita. Di sana kita bisa tahu apa sampah apa yang bisa dikumpulkan dan didaur ulang. Sudah banyak bank sampah yang siap menerima sampah kita. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan saat ini Indonesia telah memiliki 25.540 unit bank sampah.
Selain datang ke bank sampah, biasanya di kota-kota sudah ada sistem informal yaitu pemulung sampah dan pengepul sampah yang menerima sampah tertentu, misalnya botol plastik, gelas plastik, botol kaca dan kemasan susu cair. Coba deh, tanya-tanya ke pemulung atau tukang sampah di rumah, apa yang dia cari. Setelah tahu, coba untuk memilah barang-barang tersebut. Kenapa mesti dipilah? Karena bila barang-barang tersebut dipilah, kondisinya masih bagus dan dapat didaur ulang. Selain itu, biasanya harganya akan lebih baik ketika dijual ke pengepul sampah, sehingga pemulung menjadi lebih untung. Jadi, selain berkontribusi ke lingkungan, kita juga beramal karena telah meningkatkan pendapatan pemulung.
Gimana, apa kita siap berkontribusi untuk meningkatkan tingkat daur ulang sampah di Indonesia?
Comments