Mortier : Ciptakan Furniture Unik dari Daur Ulang Plastik
Meski berbagai kampanye untuk meminimalkan konsumsi plastik sudah dilakukan, termasuk pelarangan penggunaan plastik sekali pakai di berbagai daerah. Tetap saja, sampah plastik masih menjadi masalah.
Cukup banyak data yang menjelaskan bagaimana proporsi sampah yang terus saja melonjak sedangkan jumlah sampah yang sudah diolah masih jauh dari target. Lihat saja data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), proporsi sampah plastik masih mencapai 15,2%. Dari total 3,89 juta ton sampah yang dihasilkan pertahun di 44 kabupaten/kota administratif di seluruh Indonesia. Dan jumlah sampah yang baru diolah hanya 54,29% yaitu 2,11 juta ton.
Fakta-fakta permasalahan sampah tersebut mendorong Mendy Laoda untuk mendirikan Mortier bersama rekannya, Irene Kusuma. Berdirinya Mortier bermula dari keprihatinannya akan isu sampah, dengan keinginannya tersebut ia mulai menciptakan produk yang tak hanya bernilai lebih bagi masyarakat, namun yang turut berkontribusi pada lingkungan.
Didirikan pada tahun 2017, Mortier adalah spesialis dalam pembuatan dekorasi rumah buatan tangan yang memanfaatkan sampah plastik sebagai materialnya. Sebagai bentuk kepedulian dalam menjaga kelestarian lingkungan, Mendy dan Irene terus bersama-sama mengeksplorasi variasi limbah yang berpotensi menjadi furniture yang unik dengan desain industri agar memberikan sentuhan minimalis namun estetik.
Awal mula didirikan, produksi yang dihasilkan Mortier adalah produk dengan material semen. Maklum, Mendy adalah lulusan dari jurusan civil engineering with seismic design yang berfokus pada beton kayu dan besi saat kuliah di University College, London. Namun, di suatu seminar yang dihadiri telah menyadarkan dirinya, ketika pembicara tersebut mengatakan bahwa semen dapat menghasilkan CO2 terbesar kedua di dunia. Terpengaruh dengan itu, Mendy mulai mencoba eksplorasi dan riset tentang material lainnya, yang kemudian menemukan limbah batu bara dan polimer dimsum.
Sampai pada 2018 akhir, Mortier mulai menggeluti plastik. Di tengah transisi itu, Mendy bertemu lagi dengan teman SMA nya, Irene. Dalam pertemuan itu mereka banyak berbincang dan memiliki ketertarikan yang sama yaitu sustainable product. Yang ternyata Irene mengambil jurusan Master of Business, specialized in sustainability. Akhirnya mereka sepakat untuk explore bareng untuk kembangin Mortier.
Mortier sendiri saat ini sudah menggunakan dua jenis sampah plastik, yaitu HDPE (High Density Polyethylene) dan LDPE (Low Density Polyethylene). Baru-baru ini, Mortier juga telah mengeksplor bahan material baru yang disebut dengan Biomortierial, bahan tersebut mulai dari kulit singkong, kulit jagung, ampas kopi, puntung rokok, serbuk kayu, dan lain-lain.
Sumber sampah yang Mortier olah berasal dari berbagai tempat seperti pabrik-pabrik yang mempunya sampah tutup botol, sampai ke pemulung lokal. Proses produksi dimulai dengan mencuci bersih tutup botol dari pemulung. Setelah dicuci, tutup akan dipisahkan sesuai warnanya, lalu dicacah hingga kecil-kecil lalu di-press menggunakan alat. Nantinya plastik ini akan menjadi lembaran yang bisa diatur ketebalannya, bisa 5 mm, 1 cm, hingga 2 cm. Dari lembaran itulah Mortier membuat produk baru yang unik dan keren. Produk mortier tidak menggunakan tambahan material lain maupun tambahan warna, semua murni menggunakan limbah plastik. Namun hal itu tidak mengurangi nilai kegunaan, ketahanan dan estetika dari produk yang dihasilkan.
Berbagai jenis produk bisa dipesan di Mortier dengan harga sesuai ukuran. Sejauh ini produk yang sudah diciptakan yaitu meja, kursi, nampan, kotak tisu, gagang pintu, plang petunjuk, dekorasi lampu, card wallet, dan masih banyak lagi. Dari satu produk meja beuran standar, biasa menggunakan 425 tutup botol. Hingga akhir 2022 lalu, Mortier telah mengolah 6.202,35 kg plastik HDPE, 1.274 plastik LDPE. Omzet yang dihasilkan diperkirakan mencapai Rp.400-500jt dalam satu tahun.
Lantaran ingin produk yang dihasilkan Mortier bisa digunakan berkali-kali, mereka juga menyediakan bantuan reparasi. Konsumen bisa meminta Mortier untuk memperbaiki jika produk mulai rusak. Silahkan kunjungi websitenya untuk melihat terms and condition dan cara mengajukannya. Jika ternyata produk sudah rusak parah dan tidak bisa diperbaiki, konsumen diminta untuk tidak membuangnya ke tempat sampah. Produk tersebut bisa mereka olah kembali untuk menjadi produk yang lain. Konsumen akan mendapatkan special reward untuk digunakan pada pembelian berikutnya. Tawaran tersebut tak hanya berlaku untuk produk yang sudah rusak, Mortier juga memberlakukan ketentuan yang sama untuk konsumen yang sudah bosan dan ingin mengganti dekorasi rumahnya dengan produk lain. Dengan begitu, produk tak berakhir di tempat pembuangan sampah.
Mortier, juga bisa menerima kustomisasi produk sesuai preferensi dan gaya kalian lo. So, untuk kalian yang tertarik pengen punya produk Mortier bisa langsung cek website Mortier atau ke Instagramnya @mortier.id ataupun produk ritelnya di @morrthngs.
Adakah dibagian humas yg bisa dihubungi?