top of page

Memanen Air Hujan

Diperbarui: 9 Des 2023


Ketika telah memasuki musim penghujan, banyak keluhan dari masyarakat. Padahal air hujan termasuk berkah yang sepatutnya digunakan dan diolah dengan bijak, lho! Nah, hujan ini sebenarnya air yang datang gratis dari langit. Komposisi air hujan ini sekitar 1% air tawar yang dapat langsung diakses oleh seluruh umat manusia, 2% air di bumi ada di gunung es, dan 97% sisanya adalah air asin. Jadi memang sedikit dan mesti disayang-sayang.



Sistem Panen Air Hujan (PAH) itu apa sih?


Sistem Panen Air Hujan (PAH) merupakan suatu sistem konservasi air tanah melalui penampungan dan pemanfaatan air hujan guna memenuhi kebutuhan air untuk sanitasi. Air hujan adalah salah satu sumber daya alam yang belum dioptimalkan sepenuhnya, seringkali hanya mengalir ke saluran drainase dan sungai. Pemasangan Sistem PAH dilakukan dengan tujuan memberikan warga akses pada sumber air ekstra, berfungsi sebagai reservoir untuk pasokan air bersih dan merupakan langkah preventif dalam mengatasi kekurangan air saat periode kemarau. Dengan pengolahan yang tepat, air hujan punya potensi besar dalam mendukung penyediaan air bersih bagi masyarakat, bisa digunakan untuk keperluan sekunder dan tersier seperti untuk menyiram tanaman, mencuci peralatan luar rumah, menyiram jalanan di depan rumah (ini sering banget kami lihat di banyak tempat), bersihkan carport dan lain-lain.



Apa keuntungan dari penggunaan Sistem Panen Air Hujan (PAH)?


Perlu diketahui bahwa sistem PAH ini membawa banyak keuntungan, termasuk mengurangi pemanfaatan air tanah serta emisi, sehingga berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global, keren kan? Sistem ini juga mampu menyediakan suplai tambahan air untuk aktivitas harian dan upacara keagamaan. Komponen dasar sistem ini mencakup elemen tertutup yang mengalirkan air dari saluran air hujan ke wadah penampungan atau sumur resapan.


Apa saja komponen dasar Sistem Panen Air Hujan (PAH)?


Terdapat tiga komponen dasar pada sistem PAH, yaitu permukaan atap untuk penangkapan air hujan, talang untuk alat penyaluran air hujan ke tempat penampungan dan bak atau kolam untuk tempat penyimpanan air hujan. Cara kerja PAH adalah air hujan yang tertangkap di atap rumah dialirkan melalui talang atau pipa menuju bangunan PAH (tandon air).


Susah tidak sih penerapan Sistem Panen Air Hujan (PAH)?


Ya susah jika tidak dibantu oleh tukang. Pemahaman mengenai pemasangan talang air dan dudukan toren air tidak dimiliki oleh semua orang. Tapi selain itu, mudah kok. Ini beberapa langkah dari kami:

Perhatikan atap rumah kita dan pinggirannya. Apakah bisa jika dipasang talang yang saling menyambung di satu titik? Jika bisa, bagus, karena tangkapan air hujan rumah dapat dioptimalkan. Tapi kalau tidak, cari bagian atap kita yang paling luas dan usahakan pasang talang air di pinggiran ujung atap dengan luasan yang paling luas itu.


Cari lokasi untuk menempatkan toren yang akan menampung air hujan dari atap rumah. Idealnya sih dekat dengan titik tempat kumpulnya pipa talang air dari atap (apabila pipa talang air berada di berbagai sisi atap) atau di salah satu ujung pipa (bila pipa talang air hanya dari salah satu sisi atap). Dengan dekat titik ini, kebutuhan pipa penyaluran dari pinggiran atap ke toren air akan minimum. Artinya, bisa menekan biaya beli paralon.

Peletakan toren air. Bila air hujan hasil tampungan ingin dipakai untuk jarak yang jauh dari toren, sebaiknya dasar toren minimal 1,5 meter dari atas tanah, supaya tekanan air di ujung selang masih bagus. Kalau keperluan air cukup untuk di sekitar toren saja, dasar toren cukup 0,5 meter saja dari atas tanah. Pondasi tempat toren seperti apa? Ini sih bebas, yang penting cukup kuat untuk menahan toren dan airnya.


Berapa volume toren?

[jumboplas.com]


Sebetulnya ada hitung-hitungannya untuk menentukan volume yang tepat. Tapi sangat bergantung pada luasan atap (bidang yang menyalurkan air hujan ke talang air dan ke toren), jenis atap (berpengaruh pada koefisien limpasan air hujan) dan curah hujan di daerah tempat tinggal kita. Tapi, jangan pusing dulu ya, sebenarnya cukup perkirakan kebutuhan air untuk aktivitas sekunder dan tersier kita itu aja. Misal dengan curah hujan 100 mm/hari, luasan atap 100 m2 dan atap genteng biasa (koefisien 0.9), maka air hujan yang bisa dipanen adalah 9000 liter per hari atau sekitar 375 liter per jam. Apa mau pasang toren 400 liter? Atau cukup yang lebih kecil? Itu semua pilihan. Sekali lagi, akan lebih baik jika bergantung pada berapa keperluan yang membutuhkan air hujan.


Perlu diolah tidak, ya?


Tergantung pemakaian, ya. Kalau untuk keperluan sekunder dan tersier, sebetulnya tidak usah. Kalau untuk cuci baju atau cuci piring, sebaiknya diolah sedikit, supaya tidak mempengaruhi kualitas bahan pakaian dan alat rumah tangga.

Pemanenan air hujan ini merupakan salah satu upaya kita untuk mengkonservasi air. Upaya ini bisa digabung dengan lubang biopori, bidang resapan dan sumur resapan. Semua ini supaya air hujan dari langit bisa ditahan sebanyak dan selama mungkin di area rumah kita dan tidak dilepas langsung jadi air limpasan di got atau saluran drainase.


Kalian bisa tonton video tutorialnya di sini ya:


Gimana? Sudah tahu tata cara dan manfaat dari memanen air hujan bukan? Ayo mulai manfaatkan air hujan dengan sebaik-baiknya dalam upaya pelestarian lingkungan!


Akses lebih banyak info, berita, dan cerita seputar #cuanlestari dan hidup berkelanjutan lewat website Cleanomic dan follow instagram kami di @cleanomic ya!


Sources:

Warta DLH. "Menyelamatkan Air Tanah Melalui Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting)". kulonprogokab.go.id. https://dlh.kulonprogokab.go.id/detil/1054/menyelamatkan-air-tanah-melalui-pemanenan-air-hujan-rain-water-harvesting#:~:text=Sistem%20Panen%20Air%20Hujan%20(PAH,memenuhi%20kebutuhan%20air%20untuk%20sanitasi.




197 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page