Ben dan Chasif : Mengukir Jejak Dalam Pelestarian Lingkungan
Diperbarui: 6 Des 2023
LindungiHutan merupakan startup crowd planting yang memiliki misi mengajak partisipasi publik memberdayakan petani bibit dan menyelamatkan Indonesia dari kerusakan biosfer dan deforestasi dengan cara menanam pohon.
Terdengar rumit ya? Pada dasarnya tidak kok! Intinya LindungiHutan menjembatani antara mereka yang ingin terlibat dalam aksi pelestarian dan para Mitra Petani kami yang memiliki ketersediaan bibit dan persoalan lingkungan yang perlu dibenahi.
Kata kuncinya ada tiga, Kamu (yang mau menanam pohon), Kami (LindungiHutan platform-nya), dan Mitra Petani (Lokasinya perlu upaya penghijauan, punya bibit, serta mau nanemin pohon kamu sampai memonitor pertumbuhannya).
LindungiHutan memperbanyak dan mempermudah kontribusi untuk hutan dan kelestarian lingkungan melalui banyak produk, program, proyek, dan inisiatif yang memudahkan orang-orang terlibat dalam aksi-aksi pelestarian lingkungan.
Salah satu produk dan inisiatif terbaru kami adalah kalkulator karbon Imbangi yang belum lama ini kami launching. Dengan Imbangi, harapannya orang punya kesadaran akan karbon dan mau menebusnya melalui penanaman pohon bersama kami.
Namun, jauh sebelum ada Imbangi, jauh 6 tahun sebelum semua ini, tahukah kamu bagaimana LindungiHutan bermula? Mari simak cerita Ben dan Chasif! Eits, siapa Ben dan Chasif? Makanya, ayo baca sampai habis!
Menurut Ben, Yakin Adalah Koentji!
(Foto penanaman LindungiHutan di tahun 2016)
Miftachur ‘Ben’ Robani, panggilannya Ben, pria yang sehari-hari menjalani aktivitasnya sebagai CEO LindungiHutan ini menceritakan bagaimana awal mulanya ia “bergabung” dengan LindungiHutan. Yup, LindungiHutan lahir dari dua orang bernama Hario Laskito Ardi (sekarang blio tidak lagi bersama LindungiHutan) dan Chasif Syadzali (sekarang blio jadi CTO LindungiHutan).
Keduanya punya ide untuk membuat platform penggalangan dana yang fokus pada penanaman dan membantu petani menjual bibit mereka. Harapannya, para petani meningkat pendapatannya karena bibitnya dibeli, dan bibit tersebut ditanam di sepanjang pesisir untuk mengurangi dampak abrasi.
Di tengah jalan, Ben ikut bergabung menyeriusi ide LindungiHutan. Padahal, Ben mengaku bukan orang yang “se-lingkungan” itu. Justru, dunianya berputar 180 derajat setelah bergabung dengan LindungiHutan.
“Aku diajakin nemenin survei lokasi sama Hario, aku baru tahu ada rumah hobbit di pesisir Semarang, baru tahu soal bibit, terus waktu hari-H penanamannya harus ngelewatin lumpur-lumpur gitu. Aku cuma ngerasa ini dunia beda dan lain dari yang aku lakukan tiap hari. Menurutku, ini menarik sih untuk eksplor diri, dan saat itu aku menemukan kok bisa orang ngelakuin kaya gini. Bertahan segala macam, dari situ aku merasa kita harus bisa ngelakuin sesuatu minimal dengan apa yang bisa kita lakukan,” tutur Ben soal pengalaman pertama dirinya ke lokasi penanaman.
Seiring waktu berlalu, LindungiHutan mulai berkembang sedikit demi sedikit, ide-idenya mulai dieksekusi dan menambah keyakinan pada diri Ben terhadap apa yang dirinya lakukan bersama LindungiHutan. Satu dua donatur mulai mau mendonasikan uangnya untuk penanaman. Mulai dari orang terdekat sampai orang yang tak dikenal.
“Kami ingat malam-malam di warteg, LindungiHutan masih bertiga doang. Ada orang yang tiba-tiba nge-DM jam setengah 10 malem, meminta kalau nanti pohonnya sudah ditanam bukti fotonya bisa dikirim, yang mana waktu itu kita belum ada sistem monitoring, barulah kami tahu ngecek di panel ternyata dia itu donate satu juta dan anonym,” ungkap Ben terkejut.
Hal tersebut membuat Ben kaget sekaligus bingung menyikapinya. Namun, di satu sisi membuat Ben secara pribadi makin percaya bahwa masih ada banyak orang-orang baik di dunia ini.
“Aku ngerasa, kok bisa ya ada orang percaya kami bertiga ini, dan ini makin membuat diriku sendiri merasa kok ada ya dunia kaya gini, padahal di kehidupanku sendiri mungkin aku nggak akan percaya dengan sistem donasi yang pada waktu itu kami belum berbadan hukum,” sambung Ben.
Kini, LindungiHutan makin besar dengan 600 ribu lebih pohon tertanam di 40+ lokasi penanaman beserta dengan berbagai fitur, produk, dan inisiatif barunya. Kepada 6 tahun yang lalu, Ben ingin mengucap terima kasih pada dirinya atas kesabaran dan keyakinannya serta kepada yang sudah mau mempercayai LindungiHutan.
“Ya, terima kasih udah mau bersabar, kalau waktu 2016 kita enggak sabar atau cepat putus asa mungkin enggak ada hari ini, ya pokoknya aku cuma mau terima kasih aja dulu udah pernah mau nyoba dan tetap mau bertahan, terima kasih juga kepada yang mau percaya di awal-awal, dan aku respect kepada customer awal-awal, respect ke farmer awal-awal, respect ke tim yang ada di awal-awal!,” pungkas Ben.
Chasif: Idealnya Semua Orang Bisa Berkontribusi dengan Mudah
(Dua Founder LindungiHutan: Chasif (bertopi) dan Hario (berkaus hitam)
Kalau tadi Ben sudah, sekarang giliran Chasif. CTO LindungiHutan ini punya cerita yang berbeda dari Ben, sebab dari tangan dinginnyalah website dan fitur-fitur yang LindungiHutan miliki lahir.
Berbeda dengan Ben, Chasif merasa ada yang enggak beres dengan kondisi bumi. Menurutnya, suhu bumi saat ini sudah terlampau panas. Namun, dirinya juga merasa enggak bisa berbuat banyak untuk lingkungan. Menurut Chasif, perlu banyak tangan-tangan yang terlibat dalam upaya-upaya menjaga kelestarian bumi!
Seperti gayung bersambut, maka ketika Hario mengajak Chasif untuk membuat LindungiHutan, ajakannya langsung diiyakan.
“Aku udah tahu Semarang panas, Indonesia panas. Dunia ini memanas akibat global warming dan perubahan iklim. Semestinya kita udah mulai menanam pohon, tapi kalau aku sendirian yang menanam pohon emang mampu berapa?” tanya Chasif pada dirinya.
Singkatnya, berbekal ilmu serta pengalamannya di bidang komputer dan teknologi, Chasif ingin berkontribusi dengan menciptakan platform mitigasi perubahan iklim sekaligus pelestarian alam yang mudah diakses oleh banyak orang. Oleh karenanya, lahirlah website www.lindungihutan.com.
Menurut penuturan Chasif, Hario ingin website yang dibuat nantinya akan seperti website-website penggalangan dana/donasi. Tak perlu waktu lama, dalam waktu satu bulan Chasif merampungkan website LindungiHutan untuk pertama kalinya.
“Jadi dulu Mas Hario ngasih ide itu aku develop enggak nyampe satu bulan kok, karena tinggal ngoding, sama develop fitur beres, yang cukup challenging itu ngitung emisi tiap pohon dan bikin gabung aksi,” jelas Chasif.
Kini, ada berbagai jenis fitur, halaman, dan skema tersedia di website www.lindungihutan.com yang tujuannya memudahkan aksi penghijauan dan pelestarian lingkungan. Semua itu lahir dari serangkaian perjalanan yang tidak sebentar dan hasil jerih payah Chasif bersama timnya. Ia percaya meskipun deforestasi masih cukup marak, Indonesia bisa kembali hijau dan lestari.
“Aku yakin Indonesia bisa hijau lagi kok. Istilahnya Indonesia itu dikaruniai dengan tanah yang subur. Even kita sudah ngalamin deforestasi yang tinggi, aku yakin itu bisa kembali. Kembali lestari, kembali hijau, bahkan kalau bisa sih suhu di bumi ini terdampak positif dengan adanya hutan di Indonesia,” tutur Chasif.
Hanya saja penting bagi kita untuk menyadari betapa pentingnya kerja sama. Karena hanya dengan bahu-membahu dan saling berkolaborasi dengan peran dan kontribusinya masing-masing kita bisa menghijaukan bumi dan hidup nyaman di planet ini.
“Cuma pertanyaannya dengan cara apa? Apakah masih mau sendiri-sendiri? Makanya kita harus bareng-bareng, kalau bareng-barengnya dengan apa? Kontribusinya pasti macam-macam kan? Ada yang bisa nyumbang dana, nyumbang tenaga, atau adanya yang bisa product bundling kan bisa dimanfaatkan juga? Harapannya, orang-orang bisa lihat LindungiHutan memudahkan kontribusi mereka,” pungkas Chasif.
Kontribusi bersama dari CEO serta CTO dari Lindungi Hutan dapat menghasilkan sesuatu yang berharga untuk planet kita. kalian juga bisa berkontribusi bersama mereka melalui Lindungi Hutan, untuk informasi lebih lengkapnya kalian bisa kunjungi website mereka ya!
Contact
Lokasi : Semarang
Instagram : https://www.instagram.com/lindungihutan/
Website : https://lindungihutan.com/
Comments