Haji, Qurban dan Sustainability
Diperbarui: 11 Nov 2020
Melakukan ibadah haji, atau ber-qurban, sedikit banyak mengingatkan akan peristiwa yang terjadi ribuan tahun lalu. Ibadah-ibadah ini memperlihatkan berkumpulnya manusia dari berbagai penjuru dunia di satu periode waktu untuk melakukan ibadah haji, dan disembelihnya banyak hewan qurban pada waktu yang (hampir) bersamaan. Kalau ditinjau dari dampaknya, pasti besar. Apalagi bila kita bicara tentang dampak lingkungan.
Manusia, pasti perlu berkegiatan, dan saat ini kegiatan manusia hampir pasti menghasilkan sampah. Kita semua makan, minum, dan pasti ke kamar mandi. Itu yang paling dasar. Belum kalau kita mau jajan, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan ini yang dilakukan juga para jemaah haji di tanah suci, yang pasti menghasilkan sampah.
Tahun lalu, saya dan Denia alhamdulilah berkesempatan untuk melakukan ibadah haji. Dari pengalaman kami, kecuali di hotel, sepertinya memang para jemaah haji gak jauh-jauh dari alat makan dan minum sekali pakai. Sedih, tapi memang pasti banyak yang mesti dipertimbangkan oleh pihak penyelenggara sehingga menggunakan alat makan sekali pakai. Untuk kami, alhamdulillah sudah bawa sendiri tempat minum sendiri-sendiri, dan tempat bekel. Tapii, sayangnya tempat bekal nya cuma bawa satu. Dampaknya? Kami sering banget makan bareng dengan tempat bekal yang sama. Pas banget, kami juga makannya gak banyak dan tempat bekelnya punya volume yang cukup banget untuk menampung makanan kami berdua.
Jajan? Sama, kami coba pakai tempat bekel aja sebisa mungkin. Snack yang lebih alamiah, alias buah, jadi pilihan utama kami. Apalagi buah di sana melimpah ruah dan banyak macam-macam buah yang gak terlalu umum di Indonesia, misalnya nectarine (atau peach ya itu? Sampai sekarang masih misteri), ceri, dan buah tin.
Mirip saat pandemi corona sekarang, kami disana juga pakai masker untuk menangkal hawa panas dan debu yang bisa bikin masalah di sistem pernapasan. Kami siapkan masker reusable untuk menjaga kesehatan, walaupun kata ustad kami, saking common-nya orang batuk, yang gak batuk cuma tiang listrik dan unta!
Tahun ini, pemerintah sudah mengeluarkan hasil sidang isbatnya: Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 31 Juli hari Jumat. Di hari ini, jutaan hewan kurban akan disembelih. Tahun 2018, ada lebih dari 1,5 juta hewan kurban berbagai jenis: sapi, kerbau, kambing, dan domba yang dilaporkan disembelih ke Kementerian Pertanian.
Selain itu, esensi qurban juga sebenarnya bukan untuk konsumsi berlebih, melainkan merelakan harta kita untuk memberi makan saudara kita yang kurang beruntung. Ditambah pula diet Nabi Muhammad SAW yang tidak makan berlebih, sering puasa, berhenti makan sebelum kenyang, dan banyak mengkonsumsi plant-based food. Hal ini semua yang menjadi refleksi kami saat ber-qurban.
Walaupun hanya setitik dari refleksi keimanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Muhammad SAW, kami merasa perlu melakukan zero waste dan low carbon lifestyle karena kami ingat bahwa tiap manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi.
Dengan lifestyle ini, mudah-mudahan dampak buruk kegiatan kami untuk bumi bisa berkurang!
Commenti