Bintaro Design District 2023: Ketika Sustainability Menyatu dalam Pembangunan
Ketika kita membahas tentang isu lingkungan, konstruksi konvensional tidak dapat dipisahkan dari salah satu penyebab terganggunya ekosistem. Contohnya adalah pada proses pembangunan yang sering kali tidak mempertimbangkan habitat alami hewan dan manusia yang ada di sekitarnya, misalnya masyarakat lokal. Apalagi ditambah penggunaan alat berat dan kendaraan-kendaraan yang menimbulkan polusi serta pembuangan limbah konstruksi yang tidak terkelola dengan baik.
Namun, terkait kebutuhan setiap orang akan tempat tinggal, maka sangat penting untuk mengubah pola penerapan pembangunan menjadi lebih berkelanjutan. Karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan untuk shifting ke pembangunan berkelanjutan, butuh banget yang namanya kolaborasi untuk saling mengenal sekaligus menyatukan ide dan harapan.
Bintaro Design District sebagai media kolaborasi para arsitek
Bintaro Design District adalah perhelatan yang menjadi ajang silaturahmi para arsitek sekaligus media unjuk karya mereka. Ajang yang telah digelar sejak tahun 2018 ini memiliki tema yang berbeda tiap tahunnya. Nah, di BDD yang digelar di tanggal 8-18 November 2023 ini, tema yang diusung adalah Envisioning Nature, untuk mengingatkan kembali kesadaran akan iklim dan alam saat merancang sebuah instalasi atau bangunan.
Apa yang ditawarkan oleh BDD kepada pengunjung? Ada talkshow, open architecture, instalasi publik, workshop, hingga program menarik lainnya yang diinisiasi oleh para desainer peserta. Pengunjung pun punya kesempatan untuk melakukan networking session dengan mitra-mitra yang terlibat di setiap program. Menarik sekali, bukan?
Site 1: Kampung Utan
Minomic sendiri berkunjung ke tiga lokasi nih, soalnya ternyata tempatnya beda-beda dan jaraknya lumayan satu sama lainnya. Pertama, ke instalasi Pohon Rambutan dan Kesementaraannya di area Kampung Utan. Jadi itu adalah area terbuka tempat main anak-anak di gang sempit dan di tengahnya ada pohon rambutan. Berkolaborasi dengan Studio Tanah asal Yogyakarta, instalasi dibuat menggunakan material bambu dan kayu kelapa, dan bisa dibongkar pasang serta digunakan berkali-kali. Instalasi pohon rambutan ini juga dijadikan area kolektif agar warga lokal bisa ngumpul dan anak-anak bisa main bareng. Nah, pas Minomic mampir juga lagi ada sesi lukis bareng dan sebelumnya baru selesai workshop melukis dengan pewarna alami dari Rinai Hujan.
Site 2: T-Space
Habis dari Kampung Utan, Minomic mampir untuk mengunjungi instalasi hasil karya Pring Studio di T-Space. Material yang digunakan juga sama: bambu, karena kuat, lentur, dan mudah dibudidayakan di Indonesia. Bambu besar-besar ini dinamakan bambu betung. Di ruang satu lagi, ada juga instalasi rumah adat Batak Karo, Siwaluh Jabu, yang juga menggunakan material-material ramah lingkungan, seperti ijuk, bambu, dan kayu.
Site 3: Hutan Sampireun
Di Hutan Sampireun, ada instalasi hasil karya ReservoAir, yaitu susunan paving block berpori besar. Bedanya dengan paving block biasa adalah pori-porinya yang jauh lebih besar sehingga menyerap air 100x lebih cepat. Paving block ReservoAir dipasang untuk mencegah banjir. Instalasi ReservoAir ini juga mengingatkan lagi bahwa manusia sangat bergantung pada air.
Bintaro Design District (BDD 2023) menjadi bukti bahwa desain memiliki peran penting dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui desain, kita dapat menciptakan bangunan dan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan lebih harmonis dengan alam.
Kalian bisa cek instagram Bintaro Design District untuk melihat lebih banyak lagi karya-karya yang dihasilkan oleh para arsitek yang berpartisipasi dalam Bintaro Design District 2023!
コメント