Aksi Cegah Sampah Saset Bareng Pawai Bebas Plastik 2022
Diperbarui: 6 Des 2023
Laporan Greenpeace tahun 2020 berjudul “Throwing Away The Future: How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution "Solutions" menuliskan bahwa ada sebanyak 855 miliar kemasan sachet yang terjual di pasar global pada tahun 2018 dan setengah pangsa pasarnya itu berada di Asia Tenggara. Jika tidak ditindaklanjuti, besar kemungkinan di tahun 2027 nanti, jumlah kemasan sachet yang terjual bisa mencapai 1,3 triliun. Itu baru kemasan plastik sachet lho, belum yang lain-lainnya. Apalagi kemasan sachet atau biasa dikenal dengan kemasan renceng, kan ringan banget, terus gampang terbawa angin dan berujung ngambang di sungai atau laut. Duh, kebayang gak sih gimana nasib ikan-ikan dan hewan laut lain nantinya, terus juga kita manusia yang nanti makan hasil laut itu. Minomic sudah ngeri duluan atuh bayanginnya.
Membeli produk dalam kemasan sachet biasanya dirasa lebih ekonomis, tapi sebenarnya nggak juga lho. Terkadang, justru membeli dalam bentuk refill sebenarnya membuat kita lebih hemat dari segi tenaga dan waktu. Sampah sachet yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga justru membuat tanggungjawab kita untuk mengelola sampah, semakin bertambah.
Fenomena sampah sachet inilah yang akhirnya membuat sejumlah organisasi yang tergabung dalam gerakan Pawai Bebas Plastik (Divers Clean Action, Econusa, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Greenpeace Indonesia, Indorelawan, Pandu Laut Nusantara, Pulau Plastik, dan Walhi Jakarta) melakukan brand audit di 11 titik pantai yang tersebar di 10 provinsi. Brand audit ini dilakukan selama bulan Juni 2022, tujuannya buat cari tahu merk-merk yang jadi penyumbang sampah sachet terbanyak. Hasilnya, kemasan Indofood, Unilever, dan Mayora Indah adalah tiga besar penyumbang sampah plastik sekali pakai terbanyak, dan 79,7% tergolong kemasan jenis sachet. Seluruh data ini bisa diakses di www.marinedebris.id.
Sampah-sampah plastik sekali pakai hasil temuan itu didaur ulang menjadi properti berbentuk monster ular besar yang dipakai dalam Pawai Bebas Plastik, Minggu, 24 Juli 2022 lalu. Pawai yang berlangsung di area CFD Bundaran HI sampai Dukuh Atas ini adalah yang pertama kalinya dilakukan offline kembali sejak pandemi Covid-19. Sekitar 200 orang relawan dari berbagai komunitas masyarakat menyuarakan aspirasi mereka, meminta perusahaan-perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) untuk terbuka pada masyarakat mengenai dokumen peta jalan pengurangan sampahnya sesuai Permen LHK No. 75 Tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen.
Masyarakat dinilai perlu tahu strategi yang dilakukan perusahaan-perusahaan FMCG untuk mengurangi sampah kemasan sekali pakai yang mereka hasilkan hingga tahun 2030. Sampai sekarang, belum ada transparansi yang cukup dari mereka, sedangkan jumlah sampah kemasan plastik sekali pakai masih mengancam kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Berdasarkan laporan Greenpeace yang sama seperti sebelumnya, diketahui bahwa pada tahun 2016 di Uni Eropa sana, sekitar 41,6% sampah plastik masih dibakar dengan menggunakan mesin insinerator. Pembakaran sampah ini sebetulnya bukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah sampah. Karena, pasti timbul efek negatif baru, baik bagi lingkungan maupun kesehatan. Proses pembakaran melepaskan senyawa-senyawa kimia, seperti dioksin, furan, merkuri, kadmium, dan senyawa lainnya yang terkandung dari bahan pembuat sampah plastik, ke udara sehingga menimbulkan gangguan pernapasan bahkan kanker pada manusia. Kamu bisa baca lebih lengkapnya tentang bahaya pembakaran sampah plastik di jurnal ini ya.
Pembakaran memang menghilangkan sampah, tapi sama sekali bukan solusi. Kita perlu real solution, yang bukan sekedar menghilangkan potensi sampah yang mencemari tanah (di TPA) atau laut, tapi juga membuat sumber daya yang dipakai untuk bikin kemasan-kemasan tersebut bisa jauh ditekan jumlahnya. Efisiensi sumber daya yang dilakukan dengan bijak jauh akan lebih bermanfaat bagi lebih banyak pihak.
Salah satu cara yang terbaik karena paling hemat sumber daya pembuatan sekaligus bisa jauh mengurangi potensi sampah adalah Re-Using (pakai ulang). Cek postingan artikel #GerakanPakaiUlang untuk tahu lebih banyaknya tentang inisiatif ini ya!
Sumber:
Press Release Pawai Bebas Plastik 2022
Laporan Greenpeace (2020), “Throwing Away The Future: How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution "Solutions"”
Comments